Oleh: Ady Sutoro, S.Pd.

Kita ketahui anak-anak lulusan SMK setiap tahunnya memiliki masalah yang hampir sama, yaitu tidak terserap di dunia kerja. Sebagian dari lulusan SMK ini tidak mampu untuk mengisi lowongan yang besar di dunia industri. Hal ini karena apa yang dibutuhkan industri tidak sesuai dengan apa yang dihasilkan SMK. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berupaya secara maksimal meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui berbagai program pendidikan, menanamkan jiwa wirausaha di setiap jenjang dan tingkat pendidikan. Salah satu program prioritas adalah dengan program pengembangan pembelajaran teaching factory.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pembelajaran teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/ jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Tujuan teaching factory adalah untuk meningkatkan kesiapan kerja, menyelaraskan kompetensi dan membangun karakter kerja lulusan SMK sesuai tuntutan Dunia Usaha/Dunia Industri (DuDi) melalui proses pembelajaran berbasis produk/jasa (rekayasa Perangkat Pembelajaran) yang diselenggrakan di lingkungan, suasana, tatakelola dan aturan standar DuDi atau tempat kerja/usaha sebenarnya. Pelaksanaan program teaching factory di SMK dapat memberi gambaran nyata tentang perbandingan antara kebutuhan DuDi dengan kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh SMK.

Dalam proses pendidikan di SMK peran DuDi menjadi salah satu faktor yang sangat penting. Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dengan adanya hubungan kerja sama antara SMK dengan DuDi mampu mendorong terciptanya mekanisme kerjasama yang saling menguntungkan, sehingga SMK mampu mengikuti perkembangan kompetensi lulusan yang dibutuhan DuDi”. Sehingga program teaching factory dalam pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang relevan  dengan kebutuhan Dunia Usaha/Dunia Industri sehingga berdampak pada peningkatan daya saing tenaga kerja dan industri di indonesia.

Menurut Trisna Widada, S.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 1 Kutasari mengatakan bahwa, “SMK Negeri 1 Kutasari sedang mempersiapkan diri untuk melaksanakan program teaching factory terutama untuk kompetensi keahlian yang mempunyai peluang untuk mengembangkan unit produksinya di Purbalingga salah satunya adalah kompetensi keahlian TBSM. Dengan program ini diharapkan kompetensi lulusan siswa TBSM mampu dan siap bersaing dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja Dunia Usaha/Dunia Industri terutama di Purbalingga”. Pelaksanaan teaching factory di SMK Negeri 1 Kutasari melibatkan seluruh pihak sekolah terutama guru produktif Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM) yang akan bekerja sama dengan salah satu industri knalpot ternama di Purbalingga yaitu BMB Group.

Dalam rangka menerapkan program teaching factory hal yang kami siapkan adalah dengan menyiapkan tempat untuk pelaksanaan teaching factory sehingga siswa dapat praktek dengan kondisi nyata sesuai dengan kondisi pada industri knalpot, menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan siswa untuk memproduksi komponen knalpot, dan membimbing siswa agar siap untuk melaksanakan program teaching factory sesuai dengan yang dibutuhkan dunia indutri. Program teaching factory yang akan dilaksanakan adalah memproduksi komponen-komponen knalpot yang paling dibutuhkan oleh industri knalpot di sekitar Purbalingga. Dengan begitu teaching factory SMK Negeri 1 Kutasari mampu menjadi pusat dari industri knalpot di Purbalingga. Dan pada akhirnya teaching factory SMK Negeri 1 Kutasari bisa berperan aktif dalam memajukan perindustrian knalpot di Purbalingga.

Sebagai guru produktif kompetensi keahlian TBSM, dengan adanya program teaching factory mampu menambah pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran terutama dalam hal mengenalkan DuDi kepada siswa secara nyata. Karena, selama ini program yang sudah terlaksana di sekolah dalam memperkenalkan siswa dengan DuDi adalah dengan melalui program Praktek Kerja Industri (Prakerin) saja. Yang dalam pelaksanaannya masih memerlukan penyesuaian dalam menyamakan kegiatan siswa di tempat prakerin dengan kegiatan prakerin yang seharusnya mereka dapatkan sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya.

Dengan melihat peluang pada pelaksanaan program teaching factory di SMK Negeri 1 Kutasari di bidang industri knalpot di Purbalingga, diharapkan program ini mampu meningkatkan kompetensi lulusan siswa SMK Negeri 1 Kutasari terutama pada kompetensi keahlian TBSM dalam memenuhi kebutuhan DuDi terhadap tenaga kerja yang kompeten. Sehingga mampu menjadi program keunggulan yang ada di SMK Negeri 1 Kutasari.